Bagian terakhir dalam proses mendidik anak adalah Teladan.
Tanpa keteladanan ajaran kita kehilangan otoritasnya, kita dicemooh oleh anak, dianggap munafik. Tanpa keteladanan, justru membuat anak akan kecewa, kehilangan figur, atau anak akan melakukan bukan apa yang kita ajarkan, tetapi apa yang kita lakukan, sebab anak adalah peniru yang ulung.
Keteladanan adalah proses mendidik anak yang sangat sederhana, namun begitu efektif karena mudah dimengerti. Sekali lagi saya katakan, anak adalah peniru yang ulung.
Lakukan keempat hal dalam mendidik ini secara seimbang, membuat aturan, menghukum dan memuji serta memberikan teladan. Hanya menghukum tanpa memuji kita orang tua yang keras dan anak akan kepahitan. Tanpa menghukum dan hanya memberi pujian/ rewards, anak kita akan menjadi anak-anak manja dan ketika diluar rumah dia disinggung, ditegor atau dimarahi, akan mudah sekali terluka, atau dia akan menjadi anak yang merepotkan orang lain.
Karena di rumah tidak pernah mendengar kata-kata keras atau ditegor/ dihukum maka ketika di kampus, di gereja atau di kantor ditegor, dibentak orang lain, dia tidak akan bisa bertahan. Hanya menyampaikan norma dan tidak menjadi teladan kita munafik.
Dari waktu ke waktu akhirnya anak akan belajar dan mengerti bahwa orang tua atau guru mereka mengasihi mereka, mereka tidak kepahitan atau terluka karena hukuman yang mereka terima, karena mereka mengalami bahwa mereka dipuji/ diberi ‘rewards’ saat mereka melakukan hal yang baik. Dengan melakukan semua unsur pendidikan tersebut, maka pendidik akan dekat dengan anak, namun juga dihormati, dan bukan ditakuti. Hukuman membuat anak segan dan hormat, ‘rewards’ membuat anak dekat dan membangun hubungan, mencairkan kekakuan. Keteladanan membuat pelajaran, ajaran, aturan menjadi real, mudah dimengerti karena ada contohnya.
Berjanjilah dalam hatimu untuk menjadi orang tua yang baik, guru yang baik, maka saya percaya Tuhan akan menyertai engkau dan memakai engkau untuk menghasilkan generasi – generasi baru yang diperlukan oleh jaman ini. Tidaklah sukar menjadi pendidik yang baik, yang pertama kemauan. Kita tidak akan menjadi orang tua yang sempurna, tetapi orang tua yang punya ‘kemauan’ menjadi orang tua yang baik, itulah salah satu kunci proses menuju ke arah kedewasaan, arah kesempurnaan.
Post a Comment