Home » » MENGHUKUM ANAK : UCAPKAN KATA-KATA POSITIF

MENGHUKUM ANAK : UCAPKAN KATA-KATA POSITIF

Waktu kita menghukum, menghukum dalam rangka mendidik, atau mendisiplin anak, kita harus menggunakan kata-kata positif.  Jika menghukumnya dengan menggunakan kata-kata atau marah kepada anak, maka harus tetap dalam kerangka berfikir dan berkata positif.  Tegorlah kesalahannya tetapi jangan serang pribadinya. 

Jika menegor anak yang bangun kesiangan, misalnya, katakan; “ Ayo bangun sudah siang” katakan dengan nada tinggi atau berteriak tidak apa-apa, sesuai kebutuhannya, tetapi jangan katakan; “ Ayo bangun, dasar pemalas”  Perkataan semacam ini sudah menyerang pribadi si anak dan kita memberi label si anak dengan sebutan ‘pemalas’.  

Kalau anak nakal, malas, kurang ajar, maka katakan; “Anak papa, tidak boleh nakal!” , “Anak mamatidak boleh malas!” “Anak Tuhan tidak boleh kurang ajar!” atau “Anak diurapi tidak boleh bohong!”  “Anak Tuhan tidak boleh begitu, Tuhan sayang, tetapi Tuhan sedih kalau kamu begitu”, jadi label si anak tetap anak papa, anak mama, anak Tuhan, anak baik.  Ini penting untuk membangun citra diri yang benar dalam hidup anak, dan citra diri ini sangat penting.

Jangan katakan; “Anak nakal!” “Anak Goblok tak tahu peraturan!” “Anak bandel, dasar anak kurang ajar, anak monyet!” atau sumpah serapah lainnya, ini bukan mendidik, tetapi mengutuk dan anak akan kepahitan dan benci kepada si-pendidik.  Maksud kita marah adalah menghukum supaya anak kembali ke jalan yang benar, supaya anak menyadari kesalahannya, tetapi kalau cara kita menghukum salah, maka kita tidak akan mencapai tujuan kita.

Mengapa kita harus berkata-kata positif? Karena orang tua memiliki otoritas terhadap anak-anaknya.  Lihatlah bagaimana Yakub memberkati setiap anak-anaknya. Mari kita gunakan otoritas ini untuk hal-hal yang baik, berkata baik, memberkati, mendoakan, memberikan kata-kata dorongan yang positif.

Kesaksian:  Anak Gigit Temannya
Anak saya nomor satu, ketika dia masih umur 4-6 tahun kalau dimarahi  atau diganggu temannya  tidak menangis, tidak teriak-teriak ganti meledek  temannya, tapi diam-diam dia menggigit  temannya.  Saya atau isteri sering mendapat keluhan dari tetangga atau teman, bahwa anaknya digigit anak saya. Saya ajak anak saya berbicara:

Saya    :  “NIA ...Ketika kamu mau menggigit  teman kamu ...ada  nggak suara di hatimu;....... ‘gigit aja’ ...’jangan’... ‘gigit  aja’.... ‘jangan’...”

Anak    : ‘ya..’  suara pelan sambil mengangguk

Saya    : “Nah.. yang  bilang jangan itu diri kamu .. yang bilang gigit aja’ itu suara si-iblis”   “Kamu ANAK BAIK, kamu ANAK SOLEH, kamu ANAK PAPA, kamu harus menang dari  si-iblis”

Saya menanamkan nilai pada anak dengan mengucapkan hal-hal yang POSISTIF, bahwa dia anak baik anak soleh.  Saya tidak berkata-kata seperti ini:

“Dasar kamu anak nakal, sudah dibilangi berapa kali, masih saja gigit teman, dasar anak bandel, ndak bisa dikasih tau!.. awas ya kalau kamu melakukan sekali lagi!”

Sekali lagi, mendidik anak boleh saja marah atau menegor, hukumnya adalah:  TEGOR KESALAHANNYA DAN JANGAN SERANG PRIBADINYA.

‘Anak,  bisa menjadi seperti apa yang  diucapkan orang tuanya kepadanya’

Orang bijak berkata:  Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan 
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. The Happy Holy Kids - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger